We Need To Wake Up

on Sabtu, 07 November 2009

Apakah KITA siap mengubah cara hidup? 
SIAP!! ^ ^


inilah cara kita untuk memulai :
Ready? GO!
  • Kita bisa mengurangi jumlah emisi karbon ; bahkan kenyataanya, kita bisa menguranginya sampai nol
    • Beli alat-alat hemat energi
    • Ganti termostat (alat untuk menjaga kestabilan suhu) untuk mengurangi energi pemanasan dan pendinginan
    • Jika mampu, beli  mobil hibrida 
    • Usahakan menggunakan sepeda, berjalan kakilah, atau angkutan umum jika ingin berpergian
  • Recycle (mendaur ulang)
  • Katakan pada orang tua kita untuk tidak merusak tempat dimana kita tinggal
  • Jika anda adalah orang tua, bergabunglah dengan anak-anak anda untuk melindungi tempat dimana mereka akan tinggal kelak
  • Beralilah ke energi yang dapat diperbaharui
  • Hubungi perusahan listrik untuk melihat apakah mereka menawarkan energi hijau. Jika mereka tidak menawarkannya, tanya mereka kenapa.
  • Pilih pemimpin yang berjanji akan mengatasi krisis ini. 
  • Ajukan ke kongres/perwakilan rakyat. Jika mereka tidak mendengar, calonkan diri anda untuk menjadi anggota kongres.
  • Tanam pepohonan--banyak pepohonan
  • Utarakan pada komunitasmu, hubungi studio radio dan menulislah di surat kabar.
  • Bergabunglah pada organisasi yang berupaya memerangi global warming
  • Kurangi ketergantungan kita pada minyak asing dan bantu pak petani untuk menanam tanaman bahan bakar alkohol
  • Tingkatkan pemakaian emisi yang lebih rendah dari mobil
  • Jika kamu percaya pada kekuatan do'a, berdo'alah bahwa masyarakat akan menemukan kekuatan untuk berubah.
Seperti pribahasa Afrika, Ketika anda berdoa, gerakan kaki
  • Pelajarilah lebih banyak tentang krisis iklim, lalu terapkan pengetahuanmu



~ To make our place better ~

sumber :  An Inconvenient truth
.

INTRODUCE

BUMI KITA CUMA SATU, COIII!

Suatu ketika saya membaca suatu judul cover dari suatu majalah (maaf, merk di sensor), yang berjudul "Mengapa BENCANA kerap terjadi?"
Lucunya, dibawah judul tersebut terdeskripsikan tulisan seperti ini :

Mungkinkah karena....
  • Pemimpin Musryik, Tidak amanah dan korup?
  • DPR menolak Syariah?
Dan yang paling lucunya lagi, Kedatangan Miyabi sebagai ratu pornografi disangkutpautkan dengan bencana-bencana yang sering terjadi belakangan ini. Saya tahu mereka barulah berspekulasi. Namun, saya tidak habis pikir, dan tertawa dalam pertanyaan mengenai tulisan tersebut, "tidak bisakah mereka lebih realistis lagi dalam mencari penyebab-penyebab timbulnya musibah itu?"

Maksud saya, hal-hal yang religius seperti itu bukan berarti tidak realistis, hanya saja, saya pun sebagai manusia yang memiliki Tuhan yang disembah, yang memiliki agama sebagai jalan hidup, akan lebih kritis dan instrospeksi diri lagi, dalam menanggapi pertanyaan mengapa bencana kerap terjadi?


Bukankah itu mereka sama saja menyalahkan orang lain terhadap timbulnya bencana tanpa bercermin?


Saya jadi teringat ketika saya menghadiri suatu seminar berangka climate di kampus saya. Suatu pernyataan yang terlontar dari bibir pembicara menggelitik saya. Beliau berkata :
" Akhir-akhir ini masyarakat kita selalu berkata begini jika bencana menyerang mereka, 'Ya Tuhan.... apa salah hamba? apa salah hamba?' tanpa mereka paham apa yang telah mereka perbuat sebenarnya pada bumi ini."
Saya tertawa dalam kepanikan dan itu benar-benar menjadi renungan buat saya. (semoga hal tersebut juga bisa menjadi renungan bagi anda-anda dan komunitas yang membuat majalah tersebut).

Tidak perlu berpikir terlampau jauh, yang sampai melibatkan masalah agama dan tetek-bengeknya dalam menjawab pertanyaan mengapa bencana kerap terjadi? dan kalaupun anda ingin menyangkutpautkan masalah kereligiusan dalam menjawab pertanyaan tersebut, saya hanya bisa menyampaikan bahwa, Tuhan maha adil. Jika itu merupakan suatu azab atau karma yang datang dariNYA, maka memang benar adanya, bahwa Tuhan memberikan kita kausal (sebab-akibat) terhadap apa yang telah kita lakukan, manusia, kepada bumi ini selama beberapa abad terakhir.



kesimpulannya.....

Pembuatan blog ini memang sengaja saya buat dalam rangka kepedulian melihat tempat tinggal saya satu-satunya, BUMI, kian lama kian sulit dijadikan tempat tinggal. Tapi saya menyadari bahwa kepedulian, keprihatinan dan hal-hal yang berbau simpati tidak cukup untuk menyehatkan kembali bumi ini. Inilah salah satu aktualisasi saya dalam berjuang bersama kalian yang memang menaruh perhatian besar pada masalah kelangsungan hidup manusia.